JEJAK SEJARAH – Fenomena menarik terjadi di kalangan ilmuwan. Ada seorang ilmuwan sains yang menemukan hidayah Islam setelah melakukan penelitian.
Hasil penelitiannya menunjukkan jawaban yang sejalan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Hal tersebut membangkitkan rasa kagum dan keyakinanbya terhadap Islam.
Dia adalah Maurice Bucaille. Ia menemukan keselarasan antara ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an. Penemuan ilmiah yang selaras dengan Al-Qur’an telah membuka matanya terhadap keagungan dan kebijaksanaan Sang Pencipta.
Lebih dari itu, Al-Qur’an menawarkan jawaban yang logis dan memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang kehidupan. Memuaskan rasa ingin tahu dan pencarian mereka akan kebenaran.
Baginya Islam bukan hanya agama, tetapi juga sumber ilmu pengetahuan yang tak ternilai. Kisah seorang ilmuwan yang memeluk Islam ini menjadi bukti bahwa Islam memiliki dasar yang kuat dan logis.
Kisah Ilmuwan Dunia Mualaf
Maurice Bucaille adalah seorang dokter bedah dan penulis Prancis yang terkenal karena karyanya di bidang sains dan agama. Dikutip dari laman Arab News, Maurice Bucaille lahir dari keluarga pemeluk agama Kristen.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Maurice bergabung dengan Fakultas Kedokteran di Universitas Prancis. Seiring berjalannya waktu, dia menjadi seorang ahli bedah terkemuka di negaranya.
Suatu hari, kehidupannya berubah ketika Prancis meminta akses ke Mesir untuk meneliti mumi Firaun sekitar 1980-an. Maurice dipilih untuk memimpin penelitian tersebut.
Dalam penelitian itu, ditemukan hal mengejutkan bahwa sisa-sisa garam melekat pada tubuh mumi, menunjukkan bahwa Firaun meninggal karena tenggelam di laut. Hal ini membuat Maurice bertanya-tanya mengapa jasad mumi yang telah tenggelam begitu lama masih dalam kondisi baik?
Suatu ketika, Maurice pergi ke Arab Saudi untuk menghadiri konferensi medis bersama para ilmuwan muslim. Di sana, dia mendengar kisah tentang jasad Firaun yang tetap utuh meskipun tenggelam.
Salah satu peserta membacakan ayat Al-Qur’an yang menggambarkan hal tersebut, yaitu surah Yunus ayat 92.
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لِمَنْ خَلْفَكَ اٰيَةً ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ اٰيٰتِنَا لَغٰفِلُوْنَ
Artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Kemudian, Maurice merasa kagum dengan ayat tersebut. Ia berniat untuk masuk Islam dan mengimani Al-Qur’an.
Kesesuaian-kesesuaian ini membuat Bucaille tercengang. Sebagai seorang ilmuwan yang terbiasa dengan metodologi ilmiah yang ketat, ia tidak dapat menemukan penjelasan lain selain bahwa Al-Qur’an berasal dari sumber yang benar dan memiliki pengetahuan yang jauh melampaui zamannya.
Dikutip dari buku Pendidikan Islam di Era Transformasi Global oleh Dr. H. Ahmad Tantowi, M.Si, M.Pd, Maurice Bucaille menulis dalam bukunya Bibel, Al-Quran, dan Sains, merasa kagum akan kandungan Al-Qur’an. Ia menyatakan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang objektif dan berisi petunjuk bagi pengembangan ilmu pengetahuan modern.
Menurutnya, kandungan ajaran Al-Qur’an sangat sempurna dan tidak bertentangan dengan hasil penemuan sains modern. Dari penafsirannya terhadap ide-ide yang termuat dalam Al-Qur’an, sains modern dapat berkembang dengan pesat dan memainkan perannya dalam membangun dunia ini.
Kisah Maurice Bucaille merupakan salah satu contoh bagaimana penelitian ilmiah dapat mengantarkan seseorang kepada Islam. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak bertentangan dengan sains, bahkan Al-Qur’an mengandung banyak pengetahuan ilmiah yang luar biasa.