Home / Uncategorized / Kisah Raja Suku Mandar yang Dimakamkan Satu Liang dengan 14 Dayang-dayang

Kisah Raja Suku Mandar yang Dimakamkan Satu Liang dengan 14 Dayang-dayang

JEJAK SEJARAH  Polewali Mandar – Masyarakat suku Mandar di Kabupaten Polewali Mandar mengenal kisah tentang Todzilaling, raja yang dimakamkan dengan 14 dayang-dayang. Bagaimana kisahnya?
Raja I Manyambungi yang bergelar Todzilaling, begitulah warga suku Mandar di Sulawesi Barat (Sulbar) mengenal sang raja. Konon, Todzilaling dimakamkan bersama 14 dayang setianya.

Para dayang itu dimakamkan ke liang lahat dalam kondisi masih hidup, sebagai bentuk kesetiaan kepada sang raja.

Makam Todzilaling terletak di puncak bukit Desa Napo, Kecamatan Limboro. Jaraknya sekira 50 kilometer dari Kecamatan Polewali yang menjadi ibu kota Kabupaten Polewali Mandar.

Kawasan wisata sejarah yang berada pada ketinggian 230 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini dapat dijangkau menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Perjalanan kemudian dilanjutkan berjalan kaki sekitar 500 meter.

Setelah melewati kurang lebih 170 anak tangga hingga ke puncak bukit, di situlah makam sang raja berada. Kompleks makam Todzilaling ditandai keberadaan sebuah pohon beringin berukuran raksasa yang tumbuh menjulang tinggi.

Pohon beringin itu diperkirakan telah berusia ratusan tahun. Daunnya yang rimbun, membuat suasana di kawasan pemakaman seluas 28 x 32 meter persegi ini menjadi teduh dan sejuk.

Saat berada di kompleks pemakaman ini, pengunjung dapat menyaksikan keindahan alam berupa gugusan pegunungan, serta laut yang membentang luas. Dari puncak bukit ini, pengunjung juga dapat melihat pemukiman yang dulunya menjadi salah satu wilayah kerajaan Balanipa.

Menjelang sore, mata pengunjung dimanjakan keindahan sunset. Pengunjung juga dapat melihat matahari tenggelam di balik pegunungan.

“Yang dimakamkan di sini ialah raja pertama Balanipa yang bergelar Todzilaling. Beliau adalah raja pertama Balanipa, raja pertama Mandar,” kata penggiat wisata dan budaya Mandar, Adil Tambono kepada wartawan, Sabtu (15/2/2025).

I Manyambungi atau Todzilaling diangkat menjadi raja setelah berhasil menyelesaikan sejumlah persoalan di daerahnya, termasuk menaklukkan kerajaan Passokkorang.

“Setelah menyelesaikan persoalan, terutama ketika Passokkorang sudah mulai dikalahkan, maka lembaga Appe Banua Kaiyyang menyepakati Todzilaling atau I Manyambungi diangkat menjadi raja pertama di Mandar, atau maradia pertama di Balanipa yang disebut kerajaan Balanipa,” jelasnya.

Todzilaling Dimakamkan Bersama 14 Dayang Setia
Lebih lanjut Adil menceritakan, Todzilaling ketika meninggal sekira abad ke-15 dimakamkan bersama dayang setianya yang terdiri dari 7 wanita dan 7 pria.

“Ada 14 dayang yang mengikuti, terdiri dari 7 pria dan 7 wanita. Zaman dulu kan masyarakat setia pada pimpinan atau rajanya, jadi pada saat beliau (Todzilaling) meninggal, bukan aturan atau seruan untuk mengikuti, tapi masyarakatnya itulah yang ingin mengikuti rajanya sampai ke liang lahat,” jelasnya.

Menurut Adil, para dayang itu mengantar Todzilaling masuk ke liang lahat sembari menari dengan iringan tabuhan musik. Dikisahkan, selama 14 hari setelah dimakamkan, sayup-sayup masih terdengar suara para penari dari dalam kubur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *