Tahun 2025 menjadi saat yang penuh konflik bagi dua negara bertetangga, Kamboja dan Thailand
PERSELISIHAN Thailand dan Kamboja atas beberapa bagian perbatasan bersama sudah berlangsung selama lebih satu abad. Selama ini, wilayah tersebut tidak pernah sepenuhnya dibatasi. Wilayah itu disebut Segitiga Zamrud yang hanya seluas 12 km persegi dan terletak di persimpangan tiga negara: Provinsi Ubon Ratchathani di Thailand, Provinsi Preah Vihear di Kamboja, dan Provinsi Champasak di Laos, seperti dilansir CNA.
Perselisihan Berakar pada 1907
Sengketa perbatasan ini berakar dari dipetakannya batas-batas wilayah ini pada 1907 oleh Prancis selama penjajahan mereka atas Kamboja. Pemetaan ini berdasarkan kesepakatan untuk mengikuti garis batas air alami wilayah tersebut.
Namun, pemetaan itu justru menjadi sumber masalah. Ketegangan telah berkobar secara berkala selama bertahun-tahun, dengan yang paling intens meletus pada 2008. Peristiwa tersebut bermula dari langkah Kamboja untuk menetapkan kuil Preah Vihear abad ke-11 sebagai situs Warisan Dunia UNESCO, yang memicu pertempuran mematikan antara militer kedua negara.
Tiga tahun kemudian, kekerasan memuncak. Pada 2011, kedua negara terlibat dalam pertempuran artileri yang berkepanjangan selama seminggu.
Pada saat itu, Kamboja meminta ICJ untuk mengklarifikasi putusan 1962 yang telah memberikan kuil tersebut kepada Kamboja dan untuk mengeluarkan langkah-langkah guna mencegah konfrontasi militer lebih lanjut. Pada 2013, ICJ menegaskan kembali bahwa seluruh tanjung kuil berada dalam wilayah Kamboja.
Kini, Phnom Penh kembali mengajukan gugatan ke ICJ untuk menyelesaikan “masalah yang belum terselesaikan dan sensitif”. Gugatan terbaru ke pengadilan mencakup kuil Ta Muen Thom, dua situs kuil lainnya, Ta Muen Tauch dan Ta Krabei, serta Mom Bei.
Selama tahun 1970-an dan 1980-an, Zona Segitiga Zamrud terkenal karena pemberontakan dan kekerasan terkait narkoba, sehingga mendapatkan reputasi sebagai pusat budidaya ganja.
Selama beberapa dekade, wilayah ini telah menjadi medan pertempuran yang bergejolak – menyaksikan bentrokan antara pasukan Thailand, Khmer Merah, pejuang perlawanan Laos, dan pasukan Kamboja yang didukung Vietnam. Bentang alamnya masih rusak, dengan ranjau darat yang masih tertanam di medannya.
Banyak penduduk setempat masih sangat bergantung pada lahan untuk mata pencaharian mereka. Meskipun telah bertahun-tahun diusulkan rencana pembangunan dan perjanjian trilateral, hanya sedikit kemajuan ekonomi di wilayah tersebut. Kerja sama yang diusulkan di bidang-bidang seperti perdagangan, pariwisata, politik, dan pembangunan sosial tidak berjalan selama bertahun-tahun.
Kronologi Eskalasi Ketegangan antara Thailand dan Kamboja 2025
Pada 2025, ketegangan antara kedua negara semakin memanas hingga berpuncak pada konfrontasi militer meletus di sepanjang perbatasan pada Kamis. Sedikitnya 11 orang tewas dan banyak yang terluka, terutama di kalangan warga sipil. Berikut, kronologi peningkatan ketegangan antara Thailand dan Kamboja sepanjang 2025, seperti dirangkum Al Jazeera:
13 Februari
Tentara Kamboja mengawal 25 warga sipil ke Kuil Prasat Ta Moan Thon. Di sana mereka di dilaporkan menyanyikan lagu kebangsaan Kamboja. Menurut para pejabat militer Thailand, aksi ini melanggar kesepakatan bersama tentang protokol pariwisata. Oleh sebab itu, mereka melarang para turis bernyanyi.
17 Februari
Tentara Thailand mengirimkan surat peringatan kepada militer Kamboja, menuduh mereka melakukan tindakan yang dianggap “tidak pantas” dan memperingatkan agar insiden yang terjadi pada 13 Februari tidak terulang kembali.
Menurut pernyataan dari Kementerian Pertahanan Nasional Thailand, kuil tersebut secara resmi berada di wilayah Thailand, dan meskipun warga Kamboja diperbolehkan untuk berkunjung ke sana, tindakan menyanyikan lagu kebangsaan Kamboja di tempat tersebut dianggap menimbulkan kekhawatiran.
28 Mei
Kedua negara saling berkonflik di kawasan perbatasan Segitiga Zamrud yang disengketakan, yang menghubungkan wilayah Kamboja, Thailand, dan Laos. Bentrokan ini menewaskan seorang tentara Kamboja dan memicu saling tuduh antara kedua pihak terkait penyebab awal kekerasan.
12 Juni
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mengumumkan bahwa negaranya akan mengurangi ketergantungan pada infrastruktur listrik dan layanan internet dari Thailand karena adanya “ancaman”. Sebagai langkah lanjutan, stasiun televisi di Kamboja menghentikan penayangan film-film asal Thailand, dan pemerintah Kamboja juga memberlakukan larangan terhadap impor bahan bakar, gas, serta buah dan sayuran dari Thailand.
14 Juni
Perwakilan dari kedua negara mengadakan pertemuan di Phnom Penh, Kamboja, guna melakukan pembicaraan. Meski demikian, mereka tidak berhasil mencapai kesepakatan perdamaian yang konkret. Sebaliknya, kedua negara malah memperkuat pengamanan di sepanjang perbatasan dan meningkatkan ketatnya pemeriksaan di lokasi-lokasi penyeberangan.
15 Juni
Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra, yang pada usia 38 tahun menjadi perdana menteri termuda di negara tersebut, mengadakan percakapan melalui telepon dengan mantan pemimpin Kamboja, Hun Sen, untuk membicarakan mengenai ketegangan yang sedang berlangsung. Hun Sen sendiri merupakan ayah dari perdana menteri Kamboja saat ini, Hun Manet.
26 Juni
Thailand memerintahkan operator untuk berhenti menyediakan koneksi internet pita lebar dan seluler ke Kamboja.
1 Juli
Shinawatra diberhentikan sementara dari jabatannya setelah rekaman panggilan teleponnya dengan Hun Sen bocor ke publik. Di dalam video tersebut, Shinawatra terlihat mengkritik tindakan militer Thailand, yang mencerminkan adanya perselisihan antara pemerintah dan angkatan bersenjata. Akibatnya, para pengunjuk rasa yang mendukung militer mulai menuntut agar ia mengundurkan diri.
16 Juli
Seorang tentara Thailand kehilangan kakinya akibat ledakan ranjau darat saat berpatroli di daerah Chong Bok, distrik Nam Zuen, Ubon Ratchathani, Thailand, yang meningkatkan ketegangan.
23 Juli
Ledakan kedua mengakibatkan luka pada lima tentara Thailand di sekitar titik Chong An Ma, yang terletak di provinsi Ubon Ratchathani, dengan satu tentara cedera serius hingga kehilangan salah satu kakinya. Sebagai respons, pihak Thailand segera memanggil pulang duta besarnya dari Kamboja dan menutup pos pemeriksaan perbatasan di beberapa lokasi, yaitu Chong An Ma, Chong Sa-ngam, Chong Chom, dan Chong Sai Takoo. Selain itu, Kuil Ta Moan Thom dan Ta Kwai juga dihentikan operasionalnya.
24 Juli
Kekerasan meletus antara kedua belah pihak, yang melibatkan senjata berat dan serangan udara. Kamboja juga menarik staf diplomatiknya di Thailand.